Minggu, 28 Desember 2014

[ Kado Ingat Mati ]

Sebelum belajar, yuk, kita berdoa dulu, Ta'ud,Bismillah,Shalawat,tasbih,istigfar Al-Fatiha....aamiin

bagian 1


                                                                         bagian 2


bagian 3


bagian 4


bagian 5



Alhamdulillah ;) mksh yaa, semoga Allah memberikan ilmu-Nya utk kita semua,aamiin. silahkan berdoa sesuai keinginan,cita-cita & hajatnya masing-masing.
Shalawat,tasbih,istigfar Al-Fatiha....aamiin

Rabu, 22 Oktober 2014

Nanya sama Allah

Rabu, 08 Oktober 2014

[ Nasihat untuk Para Pebisnis ]




Impian dari setiap pebisnis adalah agar usahanya bertambah pesat dan berkembang dari hari ke hari. Mereka melakukan banyak hal agar hal ini terjadi.

Emang, gimana sih caranya agar usaha terus maju? Gampang aja: jagain Allah. Iya. Jagain Allah, maka Allah akan menjaga usaha Saudara semua.



Terus gimana kiat-kiat selanjutnya? Tonton aja dah video ini: “Nasihat untuk Para Pebisnis”.
yusufmansur.com



***
IKUTILAH!

Coacing Camp Wisatahati Business School Batch IV:
“Semua Bisa Jadi Pengusaha”

Bersama Ustadz Yusuf Mansur dan Master Coach Lain
17–19 Oktober 2014
Hotel Siti, Tangerang

Investasi Training: Rp. 3.500.000

Info Pendaftaran:
SMS 085211933445
WA 085710563895
BBM 24EEAD1F
Posted in ArtikelTagged nasihat, pebisnis, Ustadz Yusuf Mansur, Yusuf Mansur

Selasa, 07 Oktober 2014

[ At-Thalaaq 2-3 ]


[ Doa dan Keyakinan ]

Yaa Allah, ampuni hamba apabila hamba lupa atau salah.
hamba yakin klo semua niat baik pasti ada jalanya.

“Innama amruhu idza arada syaian an yaqula lahu kun fayakun.” 
(Sesungguhnya urusannya-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah ia,”
 Qs. Yasin [36]:82)

[ Hadiah Allah ]

Senin, 25 Februari 2013, 00:57 WIB
Komentar : 1

Republika/Agung Supriyanto

Ustaz Yusuf Mansur
A+ | Reset | A-



REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustaz Yusuf Mansur

Kamil Lubudy, memasuki gerbang pernikahan, tanpa pernah membayangkan akan punya tiga anak penghafal Alquran terkecil di dunia.

Bersama Rossa, istrinya, Kamil Lubudy hidup seperti pengantin pada umumnya. Membangun impian begini begitu. Nggak terlintas dalam benaknya punya impian akan menjadi sepasang suami istri penghafal Alquran, yang dihadiahi Allah tiga anak yang juga hafal Alquran.

Kamil Lubudy dan istrinya, yang sama-sama berlatar belakang farmasi, apoteker, pada satu masa diberi hidayah Allah. Keduanya atas izin Allah berkeinginan menghafal Alquran. Dan mulailah pasangan ini menghafal Alquran.

Berita ini sangat menggembirakan buat pasangan suami istri muslim-muslimah. Jika Kamil Lubudy dan Rossa bisa, tentunya saudara-saudara yang saat ini belum menghafal Alquran, terbentang luas kesempatan dan peluang untuk bisa menjadi penghafal Alquran. Bukan tidak mungkin, akan dihadiahi pula oleh Allah keturunan yang hafal Alquran.

Saat Tabaarok, begitu nama anak pertama mereka, berusia dua setengah tahun, Kamil Lubudy melihat anak-anak kecil, remaja, dan dewasa, pada menghafal Alquran. "Ada yang 5 juz, 10 juz, 16 juz, bahkan 30 juz," begitu kata beliau. "Saya berdoa saat itu, kepada Allah, agar Tabaarok bisa hafal Alquran."

Karena saat itu juga beliau sedang dekat dengan Alquran, maka Tabaarok pun akhirnya menjadi anak yang beruntung. Tabaarok memiliki orang tua yang punya semangat tinggi untuk menghafal Alquran, belajar Alquran, dan mengajarkannya langsung kepada anaknya.

Kamil Lubudy, walau terlahir sebagai orang Arab, berkebangsaan Mesir, tapi urusan tajwid dan makhraj, memang beda. Beliau belajar lagi tentang kefasihan membaca, bahkan belajar //qiro'ah sab'ah// (bacaan yang berbeda dengan kita di Indonesia).

Subhanallah, Tabaarok putranya, berhasil menamatkan Alquran di usia 3,5 tahun. Pada umur 4,5 tahun, dinobatkan oleh lembaga tahfidz internasional yang dipimpin Syekh Bashfar, dari Liga Muslim Dunia, sebagai penghafal Alquran termuda. Diuji oleh sekian penguji berkaliber ulama Alquran internasional.

Tidak cukup sampai di sana, menyusul dua adiknya Taabarok, yakni Yazid dan Zainah. Pun di usia yang sama, keduanya mengikuti jejak langkah kakaknya. "Bahkan Yazid dan Zainah, kami hanya keluar energi 40 persen. Sebab Yazid dan Zainah sudah duluan sering mendengar kakaknya mengaji."

Itulah hadiah Allah. Hadiah teramat manis buat siapa yang mau berkhidmat dengan Alquran. Dari sekian banyak hadiah, begitu kata Kamil Lubudy, hadiah apalagi yang lebih berharga dari Allah, ketika kami mengakrabkan diri kami dengan Alquran? Tidak lain, adalah Tabaarok, Yazid, dan Zainah. Anak-anak yang saleh- salehah, lagi hafal Alquran.

Insya Allah saudaraku semua, kita pun bisa. Insya Allah. Mulailah sekarang dengan menaruh perhatian lebih terhadap Alquran. Insya Allah ada begitu banyak hadiah Allah buat kita semua. Kita sama-sama berdoa.

Keluarga Kamil Lubudy beserta istri dan tiga anaknya, sedang berada di Indonesia. Mengadakan lawatan ke sejumlah negara di Asia, termasuk di Indonesia. Keluarga ini akan hadir meramaikan Wisuda Akbar ke-4 di GBK Senayan, 30 Maret, bersama Syekh al-Ghomidi. Semoga kita bisa meniru jejak langkahnya. Amien.

Selasa, 30 September 2014

[ Mohon Doa Restu ] - Wisuda Akbar 5 2014


[ AAM; Fadhilat Puasa Hari Arafah (09 Zulhijjah) Bagi Yang Tidak Mengerjakan Haji. ]


Koleksi Dartaibah

Puasa Arafah Ikut Wukuf di Arafah atau Ikut Pemerintah?


25 September 2014, 12:02 pm

puasa arafah




Puasa Arafah yang dilakukan tahun ini apakah ikut wukuf di Arafah ataukah ikut ketetapan pemerintah? Karena kalau ikut ketetapan pemerintah, maka puasa Arafah akan berbeda dengan waktu Jamaah haji wukuf di Arafah. Waktu wukuf di Arafah pada hari Jumat, 3 Oktober 2014. Sedangkan untuk 9 Dzulhijjah di Indonesia jatuh pada 4 Oktober 2014.
Kalau Begitu Puasa Arafah Ikut Siapa?

Yang jelas kasus semacam ini sudah ada sejak masa silam. Kita semestinya bersikap legowo dan lapang dada, menghargai perbedaan yang terjadi.

Namun mengedepankan persatuan dalam masalah ini, itu lebih baik. Landasannya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ

“Puasa kalian ditetapkan tatkala mayoritas kalian berpuasa, hari raya Idul Fithri ditetapkan tatkala mayoritas kalian berhari raya, dan Idul Adha ditetapkan tatkala mayoritas kalian beridul Adha.” (HR. Tirmidzi no. 697. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani).

Imam Tirmidzi ketika menyebutkan hadits ini berkata,

وَفَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذَا الْحَدِيثَ فَقَالَ إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا أَنَّ الصَّوْمَ وَالْفِطْرَ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَعُظْمِ النَّاسِ

“Para ulama menafsirkan bahwa hadits ini yang dimaksud adalah berpuasa dan berhari raya bersama al jama’ah dan mayoritas manusia”. Yang dimaksud Abu ‘Isa At Tirmidzi adalah berpuasa dengan pemerintah (ulil amri), bukan dengan ormas atau golongan tertentu.

Hadits di atas menunjukkan bahwa berpuasalah dan berhari rayalah bersama pemerintah. Kalau ketetapan pemerintah berbeda dengan wukuf di Arafah, tetap ketetapan pemerintah yang diikuti.
Ikuti Hilal di Negeri Masing-Masing, Bukan Ikut Wukuf di Arafah

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا, وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ

“Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, maka berhari rayalah. Jika hilal tertutup, maka genapkanlah (bulan Sya’ban menjadi 30 hari).” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1906 dan Muslim no. 1080).

Hilal di negeri masing-masinglah yang jadi patokan, itulah maksud perintah hadits. Yang menguatkannya pula adalah riwayat dari Kuraib–, bahwa Ummu Fadhl bintu Al Harits pernah menyuruhnya untuk menemui Muawiyah di Syam, dalam rangka menyelesaikan suatu urusan.

Kuraib melanjutkan kisahnya, setibanya di Syam, saya selesaikan urusan yang dititipkan Ummu Fadhl. Ketika itu masuk tanggal 1 ramadhan dan saya masih di Syam. Saya melihat hilal malam jumat. Kemudian saya pulang ke Madinah. Setibanya di Madinah di akhir bulan, Ibnu Abbas bertanya kepadaku, “Kapan kalian melihat hilal?” tanya Ibnu Abbas. Kuraib menjawab, “Kami melihatnya malam Jumat.” “Kamu melihatnya sendiri?”, tanya Ibnu Abbas. “Ya, saya melihatnya dan penduduk yang ada di negeriku pun melihatnya. Mereka puasa dan Muawiyah pun puasa.” Jawab Kuraib.

Ibnu Abbas menjelaskan,

لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ فَلاَ نَزَالُ نَصُومُ حَتَّى نُكْمِلَ ثَلاَثِينَ أَوْ نَرَاهُ

“Kalau kami melihatnya malam Sabtu. Kami terus berpuasa, hingga kami selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal Syawal.”

Kuraib bertanya lagi, “Mengapa kalian tidak mengikuti rukyah Muawiyah dan puasanya Muawiyah?”

Jawab Ibnu Abbas,

لاَ هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-

“Tidak, seperti ini yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kami.” (HR. Muslim no. 1087).

Ini jadi dalil bahwa hilal di negeri kita tidak mesti sama dengan hilal Kerajaan Saudi Arabia, hilal lokal itulah yang berlaku. Kalau hilal negara lain terlalu dipaksakan berlaku di negeri ini, coba bayangkan bagaimana hal ini diterapkan di masa silam yang komunikasinya belum maju seperti saat ini.

Imam Nawawi rahimahullah membawakan judul untuk hadits Kuraib, “Setiap negeri memiliki penglihatan hilal secara tersendiri. Jika mereka melihat hilal, maka tidak berlaku untuk negeri lainnya.”

Imam Nawawi rahimahullah juga menjelaskan, “Hadits Kuraib dari Ibnu ‘Abbas jadi dalil untuk judul yang disampaikan. Menurut pendapat yang kuat di kalangan Syafi’iyah, penglihatan rukyah (hilal) tidak berlaku secara umum. Akan tetapi berlaku khusus untuk orang-orang yang terdekat selama masih dalam jarak belum diqasharnya shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 175). Namun sebagian ulama Syafi’iyah menyatakan bahwa hilal internasionallah yang berlaku. Maksudnya, penglihatan hilal di suatu tempat berlaku pula untuk tempat lainnya. (Lihat Idem)
Tidak Masalah Jika Puasa Arafah Beda dengan Hari Wukuf di Arafah

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin juga mendapat pertanyaan sebagai berikut, “Jika terdapat perbedaan tentang penetapan hari Arafah disebabkan perbedaan mathla’ (tempat terbit bulan) hilal karena pengaruh perbedaan daerah. Apakah kami berpuasa mengikuti ru’yah negeri yang kami tinggali ataukah mengikuti ru’yah Haromain (dua tanah suci)?”

Syaikh rahimahullah menjawab, “Permasalahan ini adalah turunan dari perselisihan ulama apakah hilal untuk seluruh dunia itu satu ataukah berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah. Pendapat yang benar, hilal itu berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah.

Misalnya di Makkah terlihat hilal sehingga hari ini adalah tanggal 9 Dzulhijjah. Sedangkan di negara lain, hilal Dzulhijjah telah terlihat sehari sebelum ru’yah Makkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di Makkah adalah tanggal 10 Dzulhijjah di negara tersebut. Tidak boleh bagi penduduk Negara tersebut untuk berpuasa Arafah pada hari ini karena hari ini adalah hari Idul Adha di negara mereka.

Demikian pula, jika kemunculan hilal Dzulhijjah di negara itu selang satu hari setelah ru’yah di Makkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di Makkah itu baru tanggal 8 Dzulhijjah di negara tersebut. Penduduk negara tersebut berpuasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut mereka meski hari tersebut bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah di Mekkah.

Inilah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal Ramadhan hendaklah kalian berpuasa dan jika kalian melihat hilal Syawal hendaknya kalian berhari raya” (HR Bukhari dan Muslim).

Orang-orang yang di daerah mereka hilal tidak terlihat maka mereka tidak termasuk orang yang melihatnya.

Sebagaimana manusia bersepakat bahwa terbitnya fajar serta tenggelamnya matahari itu mengikuti daerahnya masing-masing, demikian pula penetapan bulan itu sebagaimana penetapan waktu harian (yaitu mengikuti daerahnya masing-masing)”. (Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 20/47-48, Darul Wathon – Darul Tsaroya, cetakan terakhir, tahun 1413 H)

Kesimpulan dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, puasa Arafah mengikuti penanggalan atau penglihatan di negeri masing-masing dan tidak mesti mengikuti wukuf di Arafah. Wallahu a’lam, wallahu waliyyut taufiq.



Selesai disusun di Pesantren Darush Sholihin, 30 Dzulqo’dah 1435 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

[ Keutamaan Puasa Arafah ]


11 October 2013, 2:27 pm

anjuran, arafah, keutamaan, Puasa, Sunnah




Salah satu amalan utama di awal Dzulhijjah adalah puasa Arafah, pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini memiliki keutamaan yang semestinya tidak ditinggalkan seorang muslim pun. Puasa ini dilaksanakan bagi kaum muslimin yang tidak melaksanakan ibadah haji.

Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

Imam Nawawi dalam Al Majmu’ (6: 428) berkata, “Adapun hukum puasa Arafah menurut Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah: disunnahkan puasa Arafah bagi yang tidak berwukuf di Arafah. Adapun orang yang sedang berhaji dan saat itu berada di Arafah, menurut Imam Syafi’ secara ringkas dan ini juga menurut ulama Syafi’iyah bahwa disunnahkan bagi mereka untuk tidak berpuasa karena adanya hadits dari Ummul Fadhl.”

Ibnu Muflih dalam Al Furu’ -yang merupakan kitab Hanabilah- (3: 108) mengatakan, “Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.”

Adapun orang yang berhaji tidak disunnahkan untuk melaksanakan puasa Arafah.

عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ

“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari no. 1988 dan Muslim no. 1123).

عَنْ مَيْمُونَةَ – رضى الله عنها – أَنَّ النَّاسَ شَكُّوا فِى صِيَامِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمَ عَرَفَةَ ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِحِلاَبٍ وَهْوَ وَاقِفٌ فِى الْمَوْقِفِ ، فَشَرِبَ مِنْهُ ، وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ

“Dari Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa orang-orang saling berdebat apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Arafah. Lalu Maimunah mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu) dan beliau dalam keadaan berdiri (wukuf), lantas beliau minum dan orang-orang pun menyaksikannya.” (HR. Bukhari no. 1989 dan Muslim no. 1124).

Mengenai pengampunan dosa dari puasa Arafah, para ulama berselisih pendapat. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dosa kecil. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika bukan dosa kecil yang diampuni, moga dosa besar yang diperingan. Jika tidak, moga ditinggikan derajat.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51) Sedangkan jika melihat dari penjelasan Ibnu Taimiyah rahimahullah, bukan hanya dosa kecil yang diampuni, dosa besar bisa terampuni karena hadits di atas sifatnya umum. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 7: 498-500).

Setelah kita mengetahui hal ini, tinggal yang penting prakteknya. Juga jika risalah sederhana ini bisa disampaikan pada keluarga dan saudara kita yang lain, itu lebih baik. Biar kita dapat pahala, juga dapat pahala karena telah mengajak orang lain berbuat baik. “Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah (harta amat berharga di masa silam, pen).” (Muttafaqun ‘alaih). “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim).

Semoga Allah beri hidayah pada kita untuk terus beramal sholih.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

Minggu, 28 September 2014

Keterikatan Pengusaha Pada Hukum Syara'


Written By Abdur Rozaq on 28 November, 2012 | 4:26 PM


Keterikatan Pengusaha Pada Hukum Syara'
Beberapa waktu lalu, seorang teman yang kebetulan pakar dalam bidang ekonomi Islam dan sekaligus seorang ustadz ini berkata kepada saya, “Mas, sebenarnya kalau melihat realita saat ini, hampir mustahil ada seorang pengusaha Muslim yang sukses yang tidak terlibat dengan riba!” Mengejutkan, dan pembaca boleh setuju, boleh juga tidak. Tetapi setidaknya pernyataan itu bisa menjadi bahan introspeksi bagi kita umat Muslim-- jangan-jangan ada benarnya juga.
***

Di era yang serba terbuka ini, setiap orang bisa memilih apapun yang ia inginkan dengan berbagai cara yang ia bisa lakukan tanpa terkecuali. Dari cara yang paling halus hingga cara yang paling kasar. Dari cara yang paling santun sampai cara yang paling licik. Semuanya bisa kita pilih. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa sesungguhnya yang harus dipilih oleh seorang pengusaha Muslim dalam menjalankan setiap langkah bisnisnya?

Taat Adalah Pilihan
Orang bijak mengatakan, “Hidup ini sesungguhnya adalah pilihan-pilihan”. Dalam Islam, hidup di dunia ini lebih dari sekedar pilihan. Karena ia juga menjadi alat ukur tingkat keimanan seseorang. Pilihan-pilihan seseorang terhadap cara hidup menunjukkan orientasi keimanannya. Seorang pengusaha yang tidak pernah peduli dengan halal haram dalam praktik bisnisnya, menunjukkan setingkat itulah keimanannya pada hukum-hukum Islam, sekaligus menunjukkan tingkat keimanannya pada Allah serta Rasul-Nya dan memperlihatkan setinggi itulah tingkat ketaatannya.

Untuk selalu dalam ketaatan, dituntut memiliki sedikitnya tiga hal yang saling terkait. Yaitu pemahaman (mindset), ilmu (pengetahuan), dan konsistensi. Satu saja di antara ketiganya hilang akan mengakibatkan ketimpangan.

Mengapa Harus Taat ?
Pertama, Islam adalah agama (ad-diin) sekaligus seperangkat aturan hidup (an-nidzam) yang lengkap, meliputi semua aspek perbuatan manusia secara menyeluruh, sebagaimana disampaikan Allah SWT dalam Al-Maidah: 3, “Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu..” Demikian pula di dalam An-Nahl: 89, “Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (Alquran) untuk menjelaskan sesuatu…” Dengan dua ayat di atas, maka Islam tidak memberikan peluang bagi siapa pun untuk terlepas dari ketaatan terhadap hukum syara.

Kedua, diturunkannya Islam dengan mengutus Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya adalah agar memperoleh rahmat bagi seluruh alam. Allah SWT berfirman : “Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam” [TQS. Al-Anbiya: 107]. Artinya, rahmat tidak akan turun kecuali hamba-Nya selalu dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, demikian para mufasir mengartikan ayat di atas.

Ketiga, Allah menjanjikan pahala yang besar bagi siapa saja yang selalu taat kepada-Nya. Dalam Alquran Allah berfirman, “…kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. [TQS. At-Tin: 6]

Keempat, dalam dimensi keduniawian, ketaatan kepada perintah dan larangan Allah (hukum syara') akan memberikan ketenangan dan ketentraman bagi para pebisnis. Ia dapat merasakan nikmatnya manfaat dari hasil bisnis yang ia telah lakukan secara benar.

Kelima, setiap Muslim seyogyanya selalu taat karena Islam menggariskan kaidah : 'Hukum asal perbuatan manusia adalah terikat dengan hukum syariat'.
Semoga kita termasuk hamba Allah, para pengusaha yang senantiasa dalam ketaatan kepada Allah di setiap tarikan nafas, baik kala kita membuat rencana bisnis, melakukan penjualan, memenangkan negosiasi, maupun saat memberikan layanan terbaik kepada para mitra bisnis kita. Amin.[]


Artikrl : detik-bisnis.com

[ Dunia Tak Kenal Setia ]


28 Sep 2014 | 19:32
14119069961506339740 Keringat mengucur deras di muka laki-laki yang rambutnya telah memutih dipenuhi uban itu, tak terasa senja telah tiba, matahari telah bersiap untuk kembali ke peraduannya. Suara adzan magrib yang terdengar merdu dari masjid yang hanya berjarak 200 meter dari tempat ia mangkal seolah tidak berarti apa-apa, dia masih sibuk saja menghitung uang hasil tarikan becak sepedanya sepanjang hari ini sambil bersiap untuk pulang melepas lelah dan dahaga. Sudah hampir 15 tahun pria yang sudah memasuki usia senja itu berpropesi sebagai penarik becak di situ, tapi tidak sekalipun ia pernah menginjakkan kaki di masjid yang tak jauh dari tempat mangkalnya tersebut sekedar untuk mengikuti shalat berjamaah kecuali pada hari jum’at.
Ya, itu hanya sebuah gambaran kecil dari kerakusan manusia terhadap dunia, sehingga ia tidak sadar akan amanah besar yang sedang diembannya sebagai seorang hamba. Ialebih disibukkan dengan hayalan dan angan-angan yang terus merasuki hati bagai lautan luas tak bertepi, tidak peduli ombaknya yang bergelora, tak mengenal kata iba, melupakannya dari tujuan penciptaannya, “ibadah”. Memisahkannya dari cita-cita sesungguhnya, “surga”.
Begitulah dunia, membuat sebagian orang terkagum-kagum silau dengan kecantikan dan keindahannya. Yang kaya disibukkan oleh kekayaannya, dan yang miskin dilalaikan oleh kemiskinannya. Tidak sedikit manusia yang terlelap dibuai oleh nyanyian merdunya, membuat meraka merasa nyaman dan bahagia, padahal hakikatnya terkapar tak berdaya. Sadar atau tidak sadar, kebanyakan kita telah masuk ke dalam perangkap dunia.
Ironisnya, manusia sangat lemah dalam menghadapi dunia, selalu merasa kurang padahal orang lain belum tentu ada, merasa belum sempurna padahal semuanya serba tersedia. Pernahkah kita suatu hari melihat sebuah perahu kecil, robek layarnya, terombang-ambing dihantam gelombang lautan yang dengan mudah dapat membuatnya tenggelam ? Pernahkah kita memperhatikan sehelai daun yang kering setelah menguning berada di ujung ranting, dengan kelemahannya berusaha menghadang tiupan badai yang kapan pun bisa membuatnya gugur berjatuhan ? atau menyaksikan seekor burung yang lemah, patah sayapnya dikejar-kejar oleh binatang buas yang siap menerkamnya ? maka ketahuilah sesungguhnya seorang hamba terhadap godaan dunia tidak lebih kuat dari itu semua.
Namun walau pun demikian, tidak mustahil kita bisa selamat dari tipu daya dunia. Bukankah diantara tulang-tulang rusuk kita ada hati yang berdetak, di dalam kepala kita ada akal yang berfikir, dan di balik lapisan kulit kita ada darah yang berdesir, pergunakan itu semua untuk memahami dan merenungi hadist nabi SAW yang mulia ini,
“ Barangsiapa yang cita-citanya adalah akhirat, akan dijadikan kekayaannya berada di dalam hatinya, Allah satukan urusannya, dan dunia akan datang kepadanya mau tidak mau. Dan barangsiapa yang cita-citanya adalah dunia, Allah jadikan kemiskinan itu di depan matanya, Allah cerai-beraikan urusannya, dan tidak akan datang dunia kepadanya kecuali hanya sekedar yang telah ditakdirkan untuknya,”
Sungguh miris menatap dunia masa kini, mata kita tidak akan melihat kecuali sesuatu yang menyihirnya, telinga kita tidak akan mendengar kecuali sesuatu yang memekakkannya, anggota tubuh tidak akan merasakan kecuali sesuatu yang membuatnya tak berdaya, hati dimasuki oleh sesuatu yang penuh dengan fitnah, akal hanya menangkap sesuatu yang bisa menyesatkannya. Disinilah iman berbicara dan menjadi pembeda, benteng utama untuk keselamatan kita, makanannya adalah ibadah, dan yang membangkitkan nyalanya adalah ketaatan kepada sang pencipta. Mengarungi kehidupan dunia tanpa iman, sama saja berperang tanpa senjata.
Kehidupan akan terus berjalan, detik waktu tidak akan pernah peduli dengan jeritan manusia yang ditimpa sengsara, maupun tawa riang mereka yang bersuka cita. Banyak orang berlalu menjauhi masa dengan kepalsuan, hingga tersadar ternyata dia sudah berada di penghujung kehidupan. Disaat itu dia mulai berharap dan mencari-cari tangan lembut dunia yang telah susah payah ia dapatkan, tapi sayang seribu sayang, dunia tak kenal setia. Sesuatu yang telah menyita seluruh waktu dalam hidupnya pergi menjauh meninggalkannya. Sesuatu yang telah menguras habis tenaganya beranjak berlalu memusuhinya. Kini tulang-tulangnya telah melemah, kebahagiaan jiwa dan ketentraman hati yang didambakan tak kunjung datang, harta yang banyak dan gelar terhormat yang disandang tak kunjung memberi ketenangan, Sepanjang hidupnya hanya dihabiskan untuk menjadi budak bagi dunia, di atasnya dia hidup, untuknya dia berlari, perhatian, tekad dan impiannya hanya untuk menggapai dunia yang akhirnya hanya berpaling mengkhianatinya.
Kairo, 28 September 2014. Menjelang fajar..

Artikel : Irfan Muhammad

[Selamat Menunaikan Shalat Maghrib Berjamaah]


[ Official Trailer Haji Backpacker ]

Subhanallah,


2 Oktober 2014

Sabtu, 27 September 2014

Maghrib. Sabtu,27 September 2014 | Staff Blch

listenmore > Maghrib. Sabtu,27 September 2014 | Staff Blch

Alhamdulillah maksih Yaa Allah udah ngasi kesempatan untuk kami shalat berjamaah. mudah-mudahan ini the beginning untuk kami bersatu berjamaah dalam hal apapun.

The Best Preparation Is Shalat.


The Beauty Of Islam | mencari ridho illahi


Jumat, 26 September 2014

[ Naikin Kopetensi ]

Qul,,,,
Saya Muslim, saya harus taat.

Saya Muslim, saya harus takwa.

Saya Muslim, saya harus bersih.

Saya Muslim, saya harus rapih rambutnya.

Saya Muslim, tatapan saya harus selalu gembirrraaa terus.

     Umar,Usman,Ali pada pas sakaratul mautnya, semua itu, Abu bakar enggak adak nampakin susahnya itu enggaaak ada..

Jadi orang yang No.1 gitu.  jadi orang yang the best yaa.

Semaaangat saudara..  jangan ampe kita jadi The looser.

Bismillah, Bi idznillah yaa.


Bagaimana Peluang Menjadi kembang?

Bagaimana Peluang Menjadi kembang? ,kembang menjadi buah?

PR yaa, :)


[ Andai 1jam 1ayat ]


Yuk, listen more ;)  Andai 1jam 1ayat  Jangan lupa bedoa dulu ya,


Kamis, 25 September 2014


[ Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jum’at ]

Diantara amal yang dianjurkan untuk dikerjakan di malam atau hari Jum’at adalah



membaca surat Al Kahfi.
   Dalam hadits, membaca surat Al Kahfi kadang disebutkan dengan redaksi لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ (malam Jum’at) dan kadang disebutkan يَوْمِ الْجُمْعَةِ (hari Jum’at). Artinya, waktu disunnahkannya membaca surat Al Kahfi dimulai dari tenggelamnya matahari pada hari Kamis hingga sesaat menjelang matahari tenggelam di hari Jum’at. Membaca surat Al Kahfi di rentang waktu itu memiliki keutamaan besar.

Berikut ini 3 diantara keutamaan membaca Surat Al Kahfi di hari Jum’at:

1. Dipancarkan cahaya pada dirinya di hari kiamat kelak, dari kaki hingga ke langit

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ


“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya antara dirinya hingga baitul Atiq.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi, dishahihkan Al-Albani)

2. Diampuni dosanya antara dua Jum’at

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ


“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.” (Hadits riwayat Ibnu Umar dalam at-Targhib wa al- Tarhib)

3. Diselamatkan dari fitnah Dajjal

“Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim)

Demikian 3 Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jum’at, semoga semakin memotivasi kita untuk mengamalkannya.

Artikel :
Tausiyah Islami

[ Hidayah Menjadi Lebih Mudah ] Ustdz. Ir. Felix Siauw

Sebelum belajar jangan lupa be'doa yaa, yuk, :)


Rabu, 24 September 2014


    Minta doanya saudara-saudara semua, 
mudah-mudahan ardi dan saudara-saudara dan semua umat di ridhoi Allah azza wa jalla. 
   Bantu sholawat 10x, tasbih 10x, istigfar 10x,
al-fatiha.aamiin
mksh banyak yaa uda nemenin doa.
  Bismillah, bi idznillah sampai akhir hayat. semangat terus untuk mencari ridho illahi. aamiin.


[ Keutamaan Surah Al-Waqiah ] - Ustadz Yusuf Mansur

Bagaimana dengan Ust Yusuf Mansur dalam mengemukakan pendapatnya? Serta hikmah apa saja yang terkandung di dalam Al Waqiah itu sendiri? Selamat menyimak video Khasiat Surat Al Waaqiah 
oleh Ust. Yusuf Mansur. Yuk,simak :)
 jangan lupa bedoa dulu ya.. Bismillah, alhamdulillah, shalawat, tasbih, istigfar, al-fatiha. aamiin


Fadhilah Surah Al-Waaqi'ah
Asbabun Nuzul Surah Al Waaqi'ah
Al Waaqi'ah Surah Kekayaan?

Artikel :
sholat-dhuha.info

Selasa, 23 September 2014

Ustadz. Yusuf Mansur. [Mengapa kita begini, Mengapa kita begitu. - 10 Dosa Besar]



Sayyidul Istighfar & Jaminan Surga




Senin, 22 September 2014

Jadi Muslim Kudu Baik